Lanjut ke konten

Pelatihan Zoo Check Standar KSSL

Juli 24, 2011

Waktu dan Tempat : Minggu, 07 Mei 2010 di Kebun Binatang

Kebun binatang yang kita kunjungi adalah Taman Satwa Taru Jurug. Pada sesi yaitu sesi materi tentang standar zoochek diterangkan oleh drh. Nur Aini selaku konsultan Taman Satwa Taru Jurug. Beliau memberi materi tentang konsep-konsep dan standar animal welfare yang harus dipenuhi setiap kebun binatang.Ada 5 konsep animal welfare yaitu :

  1. Kebebasan dari rasa haus, lapar dan kekurangan gizi
  2. Kebebasan dari ketidaknyamanan secara fisik dan cuaca panas
  3. Kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit
  4. Kebebasan untuk mengepresikan perilaku secara normal
  5. Kebebasan dari rasa takut dan tertekan.

Kelima kebebasan satwa di atas merupakan hal yang sempurna bagi kerangka kerja penilaian untuk memeriksa kebun binatang dan lembaga pemeliharaan satwa lainnya. Kesejahteraan satwa (Animal Welfare) tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan fisik atau ketidakadaannya luka atau penyakit. Meskipun fungsi-fungsi fisik dan kondisi keseluruhan adalah aspek penting dalam kesejahteraan satwa, kesejahteraan suatu satwa masih dapat dikatakan buruk walaupun tidak terdapat masalah fisik yang nyata dalam tubuhnya. Sebagai contoh jika satwa berada dalam keadaan takut, bosan, frustasi, cemas atau menderita stress kronis mereka mungkin nampak “normal” tetapi sebenarnya mereka tidak berada dalam keadaaan sejahtera.

Selain pemberian materi juga diperlihatkan bagaimana memberikan perlakuan medis kepada seekor harimau yang terkena stomatitis, karena hariamu merupakan hewan yang dapat menyerang manusia dengan tiba-tiba maka diperlukan bius untuk dapat memeriksanya dengan teliti. Bius tersebut diberikan dengan menggunakan alat bantu yaitu ‘tulup’. Hanya saja karena waktu yang kurang memungkinkan untuk melihat semua rangkaian pemeriksaan tersebut, kami tidak  bisa sampai selesai mengikuti acara pemeriksaan tersebut.

Secara umum, satwa yang ditempatkan dalam kandang yang tidak memenuhi syarat, akan  memperlihatkan  keseluruhan penurunan tingkat interaksi dengan  lingkungan  mereka. Hal ini dapat diekspresikan dalam berbagai macam perilaku, seperti ketika mereka duduk, berbaring atau memperbanyak tidur, reaksi yang berlebihan terhadap hal baru atau peningkatan perilaku abnormal seperti perilaku stereotip/abnormal (seperti bergoyang-goyang, mondar-mandir, menggeleng-gelengkan kepala, mempermainkan lidah dll)

Dalam usaha untuk mengurangi frustasi, kebosanan dan  penyebab stress lainnya secara perlahan mereka menjauh dari lingkungannya daripada berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka menjadi tidak aktif, hanya duduk-duduk, berbaring atau tidur dalam waktu yang lama secara tidak normal. Beberapa satwa mulai menunjukkan perilaku stereotip, melakukan kegiatan secara terus menerus/lama, obsesif, berulang-ulang  dan tidak bertujuan yang tidak terjadi di alam dan biasanya mengindikasikan  kesejahteraan yang kurang. Kebanyakan perilaku stereotip terjadi ketika satwa telah gagal untuk mengatasi atau gagal mengalihkan diri dari situasi yang mengakibatkan stress.

Memenuhi kebutuhan perilaku satwa liar dalam kurungan adalah hal penting bagi kesejahteraan mereka akan tetapi hal ini secara rutin sering dilupakan atau diabaikan oleh banyak kebun binatang. Semua satwa yang dipelihara dalam kandang harus diberikan kesempatan untuk mengontrol lingkungannya dan kesempatan untuk membuat pilihan singkatnya, mereka harus diijinkan untuk memiliki kontribusi yang berarti terhadap kualitas hidup mereka sendiri.

Setelah drh. Nur Aini memberikan pengarahan kemudian anggota KSSL melakukan penilaian terhadap Taman Satwa Taru Jurug. Metode penilaian dengan menggunakan standar penilaian standart animal welfare dengan menggunakan pendekatan five of freedom yang berupa checksheet Zoo Exhibit Quick Audit Process (zeqap), proses penilaian cepat satwa dalam kurungan (checksheet terlampir).

No comments yet

Tinggalkan komentar